Hening yang Mengajarkan Arti Kehilangan

 

Lensa Nasional – Berikut adalah beberapa puisi untukmu!

Dalam Sepi yang Tak Bertepi

Di sudut sunyi, aku termenung,

Melihat bayang yang dulu penuh senyum,

Kini hanya kenangan yang datang berbisik,

Mengoyak hati dengan luka yang klasik.

Rindu ini seperti gelombang,

Datang tanpa tahu kapan pulang,

Menyentuh lembut lalu mencabik,

Meninggalkan jejak pedih yang tak terusik.

Langit menangis, aku pun larut,

Dalam hujan air mata yang tak berujung,

Waktu berjalan, tapi luka diam,

Tertinggal di hati, menjadi kelam.

Adakah cara untuk lupa?

Ketika ingatanmu hidup di setiap sudut jiwa,

Aku mencoba meraih asa yang hancur,

Namun langkahku terjerat masa lalu yang kabur.

Mungkin malam tahu rasaku,

Ketika gelap adalah satu-satunya teman,

Di sini aku menanti pagi,

Namun ia selalu datang tanpa harapan lagi.

Bayang yang Hilang

Kutatap kosong senja yang layu,

Seperti hati yang perlahan membeku,

Ada jejakmu di tiap sudut rindu,

Namun kau pergi, tak lagi menuju.

Angin malam membawa suara,

Bisik lirih luka yang tak reda,

Di mana kau kini, bayang yang hilang?

Meninggalkan aku dalam ruang yang kosong.

Cinta ini seperti lilin redup,

Menyala, meski tahu akan tenggelam,

Namun sebelum gelap benar datang,

Aku tetap berharap, meski sia-sia terang.

Kuingin melupa, tapi ingatan memeluk erat,

Seperti bayangan yang menolak pergi,

Sungguh, lelah aku melawan rasa,

Tapi cinta ini terlalu dalam menggali jiwa.

Malam panjang, pagi tak kunjung,

Aku sendiri, dengan hati yang terpasung,

Mungkin esok kau tak lagi di sini,

Namun rindu ini abadi, tak pernah mati.

 Hilang di Tengah Hening

Aku mencari di antara sisa waktu,

Bayangmu yang dulu pernah utuh,

Namun jejakmu memudar di gelap malam,

Meninggalkan aku pada luka yang diam.

Adakah kau tahu rasanya?

Menanti sesuatu yang tak akan kembali,

Menggenggam kosong, berharap utuh,

Namun hanya angin yang menjawab pilu.

Langit kelabu, hatiku abu-abu,

Rasa ini sekarat, namun tak mau mati,

Seperti api kecil yang tak henti membakar,

Meski tahu akhirnya hanyalah debu berserak.

Aku memanggil namamu di mimpi,

Namun kau tak lagi menjawab,

Kau hilang, bukan karena pergi,

Tapi karena aku bukan lagi rumahmu kini.

Dan di tengah hening ini, aku sadar,

Kehilanganmu adalah keabadian luka,

Bukan waktu yang menyembuhkan,

Tapi aku yang belajar hidup tanpamu di sana.*

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *