Mutya Assegaf Soroti Tiga Isu Utama Warga Bandung dalam Kunjungan Sosial

 

Lensa Nasional – Sebagai istri dari calon wali kota Bandung, Arfi Rafnialdi, Mutya Assegaf terus memperkuat komitmennya untuk mendengar dan memperjuangkan aspirasi warga. Bersama sang suami, Mutya aktif terjun langsung ke masyarakat untuk mendengarkan berbagai permasalahan yang dihadapi warga Kota Bandung.

Pada kunjungannya ke komunitas disabilitas di Kecamatan Coblong, Minggu (20/10/2024), Mutya menyampaikan bahwa masih banyak warga Bandung yang menghadapi tantangan berat, terutama dalam aspek ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan dan hunian yang layak.

“Saya sering mendengar keluhan tentang ekonomi. Banyak keluarga yang tinggal di rumah tidak layak, dan ini sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

Mutya juga berbagi rasa keprihatinan saat bertemu dengan lansia yang kurang mendapat perhatian serta warga yang menderita sakit namun tidak mampu untuk berobat. Hal ini, menurutnya, menjadi refleksi penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan masyarakat.

“Bagi saya, yang penting adalah warga merasa tenang karena tahu mereka bisa makan besok, anak-anak mereka bisa bersekolah, dan mereka dapat mengakses layanan kesehatan saat sakit. Pemerintah harus memprioritaskan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan,” tegas Mutya.

Selain itu, Mutya menekankan pentingnya program yang inklusif dan dapat merangkul semua kalangan, termasuk lansia, penyandang disabilitas, dan anak-anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, Bandung harus menjadi kota yang ramah bagi semua lapisan masyarakat.

“Pemerintah perlu menyediakan program yang mencakup seluruh warga, khususnya mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau kesehatan. Semua warga harus merasa terfasilitasi,” tambahnya.

Terkait isu stunting, Mutya menyoroti perlunya optimalisasi peran posyandu dalam mengatasi masalah tersebut, dengan dukungan dana dari Program Inovasi Pemberdayaan Pembangunan Kewilayahan (PIPPK).

“Di Posyandu Babakan Ciparay, hanya ditemukan satu kasus stunting, namun angka stunting di Bandung masih tinggi. Ini menandakan bahwa posyandu belum berfungsi maksimal dan perlu didorong dengan dana PIPPK,” jelasnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *